ARTIKEL
KUNANG-KUNANG
MUNGKINKAH
MEMELIHARA KUNANG-KUNANG?
Orang yang baru mulai
belajar mengenali kunang akan membuat catatan perbedaan antara kunang jantan
dan betina dari spesies P. pyralis.
Ukuran tubuh betina kadang-kadang
lebih besar dari jantan. Jantan mempunyai lentera lebih besar dari betina.
Jantan terbang mencari betina yang biasanya menempel di atas daun, ranting atau
batang pohon. Betina memiliki lentera yang jauh lebih kecil dari jantan.
Lentera betina akan berkedip jika melihat jantan. Selisih antara kedipan
lentera jantan dan direspon oleh betina adalah sekitar 2 detik pada spesies
ini. Informasi ini dapat digunakan untuk berburu kunang betina dengan
menggunakan kedipan cahaya dari pen light untuk meniru pola kedipan cahaya dari
jantan. Kemampuan berburu kunang betina dan menangkap betina kunang jenis P. pyralis menjadikannya ideal untuk
mempelajarinya dan meneliti perkawinan, koleksi telur, pemeliharaan larva dan
penyelidikan terkait lainnya.
1.
Mengumpulkan
Kunang di Alam
Kunang-kunang betina dan jantan dapat dikumpulkan dari
alam dengan meniru sinyal kedipan cahaya kunang-kunang (Terry Lynch, 2005).
Peralatan yang diperlukan adalah pen light, jaring serangga dan toples. Pen
light digunakan untuk meniru sinyal kedipan cahaya kunang-kunang. Jaring
serangga digunakan untuk menangkap kunang-kunang dari udara. Toples digunakan
untuk menangkap betina dan sebagai tempat pengumpulan kunang-kunang yang telah
didapat. Jika tak memiliki pen light dapat menggunakan benda atau alat yang
mengeluarkan cahaya mirip kedipan kunang-kunang, diduga korek gas yang dilengkapi
senter dapat digunakan. Pen light dihidupkan dan dimatikan sesuai sinyal
kedipan cahaya kunang. Tiap spesies memiliki kode cahaya khusus.
Tirukan salah satu kedipan cahaya kunang-kunang jantan
sambil melimbang pen light (menggerak-gerakkan) di udara selama 5-6 detik.
Lakukan beberapa kali. Sekitar 2 detik kemudian betina yang hinggap di
permukaan tanah atau ranting, batang, daun tumbuhan akan memberikan tanggapan
dengan mengeluarkan sinyal kedipan cahaya.
Betina yang sudah ditemukan dapat kita ambil dengan
memungutnya langsung dari atas tanah. Jika berada diatas ranting, batang atau
daun tumbuhan kita letakkan toples dibawahnya dan diketuk atau digoyangkan
tempat ia hinggap. Kunang betina yang merasa terganggu akan akan menjadi
katatonik yaitu berpura-pura mati dan menjatuhkan diri dari tempat hinggap. Maka
kuanng akan jatuh dan masuk ke dalam toples di bawahnya. Katatonik akan terjadi
selama beberapa menit, dan akan akan pulih setelahnya. Kunang jantan ditangkap
dengan menjaringnya langsung dari udara karena umumnya kunang jantan terbang
mencari betina. Sedangkan betina ahnay menunggu di atas tanah atau permukaan
tumbuhan.
2.
Memasukkan
kunang-kunang ke dalam tempat pemeliharaan
Kunang-kunang yang telah diperoleh ditempatkan dalam
toples, botol, terarium atau wadah lainnya yang telah diisi dengan tanah, pasir
atau tisu lembab. Dalam satu toples dimasukkan satu betina dan beberapa jantan. Kombinasi ini
agar betina dan jantan dapat melakukan perkawinan beberapa kali (Terry Lynch,
2005).
3. Memberi makan kunang-kunang
Kunang
selama pemeliharaan diberi makan madu. Madu diberikan dengan meneteskannya pada
toples. Kunang-kunang akan mendekatinya dan memakannya. Kunang-kunang dewasa
akan berumur lebih lama dengan memberinya makan madu dibandingkan hanya memberi
makan air saja. Pada betina madu akan meningkatkan hasil produksi telur. Secara
alami ketika berada di alam kunang-kunang diperkirakan memakan nektar dari
bunga (Terry Lynch, 2005).
Gambar. Kunang sedang
memakan tetesan madu yang dimasukkan dalam toples pemeliharaan. Gambar oleh
Terry Lynch, 2005.
4.
Mengawinkan
kunang-kunang
Mengawinkan (kopulasi) kunang-kunang dilakukan dengan
menempatkannya bersama jantan dan betina dalam satu toples pemeliharaan yang
telah diisi media tanah/pasir atau media tisu lembab. Biarkan perkawinan
terjadi dengan sendirinya. Perkawinan dapat terjadi setiap malam atau kapanpun
waktu yang memungkinkan. Perkawinan dapat terjadi beberapa kali. Perkawinan
biasanya berlangsung selama 2-4 jam (Terry Lync, 2005).
Betina yang telah dibuahi
akan menyimpan telur dalam tanah. Betina menggunakan ovipositor untuk memeriksa
celah-celah atau retakan di tanah lalu
meletakkan telur dalam tanah. Telur yang baru dikeluarkan bertekstur
lembut dan lama-kelamaan mengeras(Terry Lync, 2005). Setelah bertina bertelur,
telur dapat kita kumpulkan untuk menetaskannya pada cawan petri atau membiarkan
telur pada toples pemeliharaannya samapai menetes sendiri. Telur yang
dikumpulkan akan memudahkan kita untuk mengamati keadaan telur setiap hari, namun
telur yang sudah dikumpulkan perlu dijaga dan dipelihara akan dapat menetas.
Gambar 2. Toples
pemeliharaan yang telah diisi tanah. Betina di permukaan tanah sedang katatonik
dan beristirahat setelah berhubungan
dengan jantan sekitar 4 jam dan
setelah dimasukkan ke dalam toples koleksi telur. Gambar oleh Terry
Linch, 2005.
Gambar.
Koleksi telur dalam cawan petri. 9 cawan petri yang telah dicuci menggunakan
air sabun panas. Kedalam tiap cawan dimasukkan betina yang telah dibuahi oleh
jantan atau seekor betina bersama beberapa jantan. Satu cawan dimasukkan dua
betina. Cawan petri disusun dalam toples besar. Bagian dalam toples dilapisi
tisu yang lembab (agak basah) dan di bagian dasar toples diletakkan spon atau
busa lembab. Bagian atas toples ditutup dengan kain lembab dan penutup besi.
Dalam tiap cawan petri di beri beberapa tetes madu. Namun cara terbaik untuk
merangsang betina bertelur adalah meletakkannya dalam terrarium berisi tanah.
Telur dari media tanah dapat
dikumpulkan dengan menyendok tanah dalam toples yang telah berisi telur. Selanjutnya
dicuci menggunakan air untuk memisahkan telur dan tanah. Sedangkan telur dari
media tisu lembab dapat dikumpulkan dengan meletakkannya dalam mangkok berisi
air. telur-telur dari tisu dapat dikeluarkan dengan cara dicuci dan disemprot
dengan air melewati atas telur menggunakan botol tetes mata. Bersihkan dari
sampah dan kotoran seperti kaki kunang, antena atau sobekan tisu. Telur
kemudian diambil dengan cara disedot menggunakan tetes mata (pipet) dan
kimpulkan pada botol plastik isi 30 ml. Letakka telur didasar botol. Cuci telur
dengan mengalirkan dan menuangkan air selama 5-10 menit. Jaga telur agar tidak
keluar bersama aliran air. Jika selesai mencuci, tutup botol plastik dengan
tisu steril dan balikkan botol dengan permukaan botol mengarah kebawah. Telur akan tersangkut pada
tisu. (semua tisu telah disterilkan dalam air mendidih sebelum digunakan,
biarkan tisu dingin di dalam panci).
Telur yang terkumpul selanjutnya
diletakkan diatas tisu lembab yang baru dan disimpan dalam petri disk. Telur dipelihara dan dirawat samapi menetas menjadi larva. Larva pun dipelihara dan dirawat samapi besar.
Sumber :
www.byteland.org/firefly/intro_ffm.html
Komentar
Posting Komentar