Kos tempat kami tinggal memiliki 21 kamar. Bentuk bangunannya seperti huruf U. Di bagian tengahnya ada tanah lapang bebas dari bangunan. Kos kami hampir selalu penuh terisi oleh lelaki, anak muda. Sebagian besarnya anak kuliahan, dan hanya bebrapa orang saja yang telah bekerja. Setiap sore, kegiatan yang hampir rutin aku dan anak-anak kos lakukan, bermain bola. Karena penghuninya banyak, dapat dibagi menjadi dua tim sepak bola. Kami bermain bola dengan seru, teriak sana teriak sini karena sangat semangat. Hanya adzan magrib yang jadi pertanda bahwa permaian pertandingan bola kami berakhir.
Hingga tibalah disuatu sore, waktu yang menjadi jalur masuknya jalan cerah. Permainan bola berakhir lebih cepat hari itu. Salah satu senior kos memanggilku, Ilmi Ayoo ikut. Kemana? Aku bertanya. Ke masjid shalat magrib dan ada pengajian. Baik aku ikut Ka. Bergegas mandi, berganti baju dan naik di atas motor senior kos. Wuzzz… motor bebek senior kos melaju dengan kecepatan sedang, hingga samapailah di masjid dekat bundaran dan dekat perbatasan kota. Malam itu aku mengikuti pembelajaran agama. Setelah shalat magrib dan dzikirnya selesai. Seorang guru duduk bersila di depan jamaah, tepat di depan guru ada sebuah meja untuk tempat menaruh dan membuka buku agama. Buku agama ini menggunakan huruf arab, dengan Bahasa melayu. Lembaran kertasnyaberwarna kuning.
Itulah saat pertama kali menghadiri pembelajaran agama di masjid. Minggu berikutnya ikut lagi senior kesitu. Minggu berikutnya kesitu lagi. Minggu berikutnya lagi sudah berangkat menggunakan sepeda motor sendiri tidak lagi membonceng ikut motor senior kos. Waktu berjalan minggu demi minggu. Mulai sering melihat orang-orang yang selalu hadir di pengajian tersebut. Beberapa wajah mulai dikenal karena sering terlihat muncul di pembelajran itu. Salah satu anak muda berkata, besok ikut yo di langgar gang bintang, di situ ada pembelajran agama juga. Dimana tempatnya? Aku bertanya balik. Itu setelah masuk pintu gerbang, ada di sebelah kanan. Minggu depannya aku datang ke mushola tersebut. Kitab yang di baca juga berbentuk buku, dengan lembaran kerrtasnya berwarna kuning. Huruf-huruf tulisannya menggunakan huruf arab, dengan bahasa melayu. Orang yang bisa membaca huruf arab, yakin bisa membaca huruf arab Bahasa melayu ini.
Di mushola ini mulai bertambah kenal dengan beberapa anak muda, ada Deva seorang mahasiswa kehutanan satu tahun lebih muda dari Ku. Ada juga Amar mahasiswa yang baru saja lulus kuliah dan sedang menjalani seleksi penerimaan kerja di instansi pertanian. Sering kami ngobrol sesudah pembelajaran selesai. Sampai kami menjadi lebih akrab. Kedua teman tadi Deva dan Amar pun memberitahukan bebrapa tempat dan jadwal pembelajaran agama di masjid dan mushola. Semua pembelajaran agama ini menggunakan kitab. Ada yang berbahasa melayu dan ada yang berbahasa arab. Tempat yang diberi tau ada jadwal majlis Aku datangi, dan ternyata mereka pun ada disitu.
Pernah suatu waktu di mushola gang bintang, besok sore ada acara apa, tanya amar. Ikut Yok sekolah sore Bersama bapa bapak pensiunan. Sekolah pakai kursi, yang ikut bapak-bapak pensiunan. Ayoo kataku mengiyakan dengan senang hati. Besok sore kami berkumpul di depan pintu gerbang Kampus. Kami berangkat meluncur dengan tiga sepeda motor. Jam saat itu menunjukkan pulul 16.15. Sampai di lokasi, sekolahannya seperti sekolahan SD dengan bebrapa ruang kelas. Di dalamnya tersusun meja dan kursi dari kayu. Papan tulis di dinding. Rupanya bangunannya adalah bangun madrasah ibtidaiyah sekolah agama yang jika disejajarkan dengan sekolah umum maka seperti tingkatan Sekolah Dasar. Amar berkata kepada guru yang mengajar, Guru ini teman ikut belajar, Namanya Muhammad Ilmi. Iya silahkan. Kitabnya besok insya allah ya, kata Guru. Besok sorenya diberi kitab pelajaran tulisannya arab melayu.
Di kota tempat sekolah sore itu berada adalah kota yang mengutamakan pelajaran agama dan nuansa agamnya kental. Di papan nama dinas-dinas, kecamatan, kelurahan dibuat dengan menggunakan dua tulisan. Satu tulisan berbahsa Indonesia. Dan satu tulisan dibuat dengan menggunakan tulisan arab melayu. Sehari dua hari memang memang tidak mudah untuk mengikuti Bahasa melayu apa yang ada di dalam kitab. Banyak kata yang masih belum bisa membacanya jika tanpa guru yang membacakan duluan. Seiring berjalannya waktu, mulai terbiasa dengan bahasa arab melayu. Dan semakin bisa mengikuti bahasa dan bacaan di kitab arab melayu. Ketua kelas sekolah sore itu adalah bapak bapak pensiunan, umurnya sekitar 60 tahun. Namanya Pak Asnawi. Dengan usia sudah tidak muda tersebut, beliau datang hampir selalu lebih awal dari kami semua. Datang pertama di sekolah. Beliau sering berangkat menggendarai sepeda motor Bersama istri beliau. Karena di sekolahan ada dua kelas yang terisi. Satu kelas untuk laki-laki dan satu kelas untuk perempuan.
Semenjak ikut di pelajaran agama di masjid dan mushola yang berkitab, sedikit demi sedikit pelajaran agama disampaikan, didengarkan diterima dan masuk dalam hati. Setiap hari, setiap minggu semakin bertambah rasa suka, rasa senang dan rasa senang untuk terus menuntut ilmu di masjid dan mushola. Semakin kenal dengan teman, maka semkain terbuka juga bahwa ternyata ada banyak sekali tempat masjid dan mushola yang mengadakan majlis talim pembacaan kitab. Setiap hari selalu ada jadwal majlis di mana mana. Kitab yang di baca pun berbeda-beda. Badannya saja yang kuat atau tidak untuk terus dibawa mendatangi masjid dan mushola.
Hari-hari yang dilalui kini bertambah penuh kegiatan. Pagi mengikuti kegiatan perkuliahan di kampus, sore dan malam hari mengikuti kegiatan pengajian. Rasanya begitu senang dan jatuh cinta dengan kota ini, karena begitu nikmatnya dapat belajar agama di sini. Aku yang sekolahnya di Sekolah Umum, SD Negeri, SMP Negeri, SMA negeri dan Kuliah Universitas umum merasa sangat beruntung bisa kuliah di kota ini yang penuh dengan tempat untuk belajar. Aku juga sangat bersyukur karena diajak oleh senior kos waktu itu, membukakan pintu untuk mengenal kegiatan majlis.
Senior kos, amar, Deva merupakan sahabat yang bukan hanya sahabat dunia, mereka adalah sahabat akhirat. Yang memberikan uluran tangannya, menuntun untuk ikut berjalan di jalan yang terang, jalan untuk belajar. Jalan untuk mengetahui mana kewajiban, mana larangan, mana yang perlu dipelajari terlebih dahulu sebagai bekal menjalani hidup. Mereka sahabat yang sangat berjasa, sangat berarti. Aku sayang dan cinta dengan mereka. Meskipun kini kita terpisah tempat dan jarak. Sejatinya kita selalu Bersama dalam frekuensi yang sama. Dalam jalan yang sama. Jalan para penuntut ilmu.
Ada pengalaman menarik yang aku dan deva alami. Ketika pertama kali kami menambah jadwal menghadiri majlis. Kami datang di majlis itu, motornya kami matikan dan kami dorong berjaan kaki. Karena takut, malu dan segan masuk di temapt pembelajaran namun motor masih hidup. jadi kami matikan. Ternyta setelah bebrapa lama hadir di majlis itu. Orang dinaiki kok motornya lewat situ. Jadi waktu kami turun dna mendorong motor itu, mungkin terlihat dan diketahui oleh orang orang yang telah hadir disitu. Oh ini orang baru jadi motornya dituntun.
Balikpapan, 21 Mei 2023 (1.077 Kata)
Airhati.com
Komentar
Posting Komentar