Langsung ke konten utama

Postingan

Page 68 Pintu Gerbang Jalan Penuntut Ilmu

K os tempat kami tinggal memiliki 21 kamar. Bentuk bangunannya seperti huruf U. Di bagian tengahnya ada tanah lapang bebas dari bangunan. Kos kami hampir selalu penuh terisi oleh lelaki, anak muda. Sebagian besarnya anak kuliahan, dan hanya bebrapa orang saja yang telah bekerja. Setiap sore, kegiatan yang hampir  rutin aku dan anak-anak kos lakukan, bermain bola. Karena penghuninya banyak, dapat dibagi menjadi dua tim sepak bola. Kami bermain bola dengan seru, teriak sana teriak sini karena sangat semangat. Hanya adzan magrib yang jadi pertanda bahwa permaian pertandingan bola kami berakhir.  Hingga tibalah disuatu sore, waktu yang menjadi jalur masuknya jalan cerah. Permainan bola berakhir lebih cepat hari itu. Salah satu senior kos memanggilku, Ilmi Ayoo ikut. Kemana? Aku bertanya.  Ke masjid shalat magrib dan ada pengajian. Baik aku ikut Ka. Bergegas mandi, berganti baju dan naik di atas motor senior kos. Wuzzz… motor bebek senior kos melaju dengan kecepatan sedang, hingga samapaila

PAGE 67 BEDAH BUKU TERE LIYE TANAH PARA BANDIT BALIKPAPAN

Hari ini hari yang berkesan, sabtu 20 Mei 2023. Pagi-pagi semangat bangun karena hari ini mau bertemu dengan Tere Liye di Acara Bedah Buku yang diadakan oleh Perpustakaan BI Balikpapan. Informasi kedatangan tere Liye didapatkan dari Instagram tere liye beberapa waktu yang lalau. Melihat tempatnya di Balikpapan, hatiku berdebar debar senang dan bahagia. Langsung mencari tempat cara mendaftarnya. Scan barcode. Langsung scan ikut daftar. Saat scan formulirnya resensi buku. Buka linknya. Barulah muncul pendaftaran bedah buku Balikpapan. Langsung isi pendaftaran, Sat set Wat wet langsung daftar. 3 tokoh menginspirasi yang saya temui hari ini. Satu bertemu di udara, dua bertemu langsung. Tokoh pertama Babe Jamil Azzaini memberikan pelajaran mengenai hati sang penentu keputusan yang di sampaikan oleh beliau setiap sabtu pagi jam 07.00 Wita s.d 08.00 Wita. Babe jamil menyampaikan, Kata sayyidina Ali jangan mengambil keputusan ketika marah dan jangan berjanji ketika sedang senang. Karena me

Page: 66 Kelompok Kuantitas, Menerapkan Seni Merancang Nasib dengan Self Leadership

  Merancang nasib dengan Self Leadership artinya meningkatkan diri terus menerus setiap hari menjadi semakin baik. Ketika muncul pertanyaan darimana memulai untuk merubah diri atau melakukan perubahan diri, apakah mulai dari perasaan, pikiran, perbuatan, kebiasaan dan karakter? Jika dipikirkan akan terlalu banyak, muncul kebingungan memulainya dari mana. Pilihlah salah satu hal yang paling mudah yang dapat dilakukan untuk memulai perubahan. Perubahan yang perlahan namun maju terus. Perubahan yang perlahan dan terus menerus. Jika ingin memulai seni merancang nasib dengan merubah perasaan, perasaan ingin dirubah menjadi perasaan yang bersyukur dan bersemangat, maka erat kaitannya dengan mengerjakan ibadah yang sunat dan mengerjakan yang lebih utama yaitu kewajiban. Akan lebih mudah berubah perasaannya jika dimulai dan diiringi dengan mengerjakan yang wajib dan mengerjakan yang sunat. Dalam buku atomic habit disebutkan bahwa di suatu perguruan tinggi di Florida ketika awal pelajaran,

Page: 65 Menerapkan Seni Merancang Nasib dengan Self Leadership

  Pernahkah hidupmu merasa stagnan, merasa ingin berubah maju menjadi lebih baik namun kenyataannya seperti jalan di tempat. Pernahkah pula hidup terasa hampa, hati terasa kosong dan seakan tidak tau hidup mau kemana. Atau merasa sehari-hari kurang motivasi dan kurang semangat dalam menjalani hidup? Jika hidup terasa begitu-begiu saja, bahkan jika berkumpul dengan teman, sahabat atau rekan-rekan saat reuni sekolah yang seumuran ko kelihatannya nasibnya berbeda-beda ya. Padahal latar pendidikannya hampir sama, jurusan dan kampusnya juga hampir sama, tempat bekerjanya juga mirip-mirip saja ko kehidupannya berbeda. Ada yang menjadi bintang terang, hidupnya seakan penuh semangat, prestasi, kontribusi dan kebahagiaan. Ada juga yang menjadi orang biasa-biasa saja yang   hidupny terlihat kurang bersemangat, kurang berperan dan kurang memberi kontribusi.   Bahkan ada juga hidupnya yang seakan mengalami banyak permasalahan, sering sedih dan banyak mengeluh. Apa yang membedakan nasib mereka? A

PAGE 64: BEKERJALAH SUNGGUH-SUNGGUH PADA WAKTU BEKERJA, NAMUN KELUARGALAH JUA YANG PALING UTAMA

Hari ini orang tua dari salah satu rekan, sahabat dan keluarga Bulog dipanggil untuk meninggalkan dunia. Kesedihan merasuk ke relung hatiku karena ikut merasakan duka yang dialami sahabat dan rekan kerja. Karena kabar dukanya mendadak tiba dan hampir beberapa bulan akhir akhir ini kabar duka dan nasehat kematian datang di keluarga Bulog Kaltim dan Kaltara. Rekan kami adalah anak ke 5 dari 6 bersaudara. 6 bersaudara ini beserta istri, anak, keluarga istri, keluarga suami, keponakan, paman dan bibi adalah keluarga inti dan keluarga dekat dari yang telah dipanggil ke negeri akhirat.  Sebagai rekan kerja dan sahabat, kami datang berta'ziah dan melayat di rumah duka.  Menguatkan agar sabar serta mendoakan. Yang datang bertaziah Pimpinan, Bidang SCPP, Bidang Bisnis dan Bidang Minku. Rekan kerja datang bertakziah. Setelah memgucapkan bela sungkawa, ikut berduka cita dan mendoakan satu persatu rekan kerja kembali ke tempat kerja. Pimpinan kembali, Bidang SCPP kembali, Bidang Bisnis kembali

PAGE 63 PERTEMUAN ENERGY RANGER

Adalah Ilmi seorang karyawan di salah satu perusahaan energi di Indonesia. Umurnya 35 tahun. Badannya tinggi dan kekar. Ilmi merasakan berat dan malas beraktivitas di malam hari ini. Pekerjaan seharian tadi terasa melelahkan karena harus membersihkan tabung-tabung tempat menyimpan energi dari lichen yang banyak menempel di atas perrmukaan tabung penyimpanan.   Ilmi berpikir apa aku tidak usah hadir di pertemuan malam bersama para Energyrenger. Aku bisa istirahat tidur cepat. Sore tadi diberitahukan bahwa malam ini pertemuan dengan tema aplikasi platform baru   energibuiltsucces. Aku tidak hadir nanti aku tidak tahu materi dan ilmu yang disampaikan. Ah nanti ada saja rekamannya. Kalau tidak ada rekamannya bagaimana. Ketinggalan dong. Pikiran ilmi terus bersahutan. Aku berdiri lurus dan dengan gontai berrjalan menuju kamar mandi untuk menyegarkan dan membersihkan badan agar lebih bersemangat. Swiiing… rasa sejuk menyentuh bahu, lengan, tangan pinggang dan sampai pergelangan kaki keti

PAGE 62 SEPUCUK ANGPAU MERAH UNTUK MEMAHAMI GAYA PENULISAN

Jarum jam tanganku menunjukkan pukul 18.20 ketika saya berdiri di parkiran BULOG sore ini. Sambil menatap langit, otakku menyusun rencana mau pergi ke Gramedia di Balikpapan Plaza. Kenapa memikirkan rencana ke Gramedia, karena mengikuti titah petuah nasihat pelajaran menulis dari tokoh besar penulis, Tere Liye, Phutut EA, Brili Agung, Habiburrahman El Shirazy dan Sofie Beatrix yang kesemuanya hampir memberikan tips yang sama, belajar menjadi penulis yaitu Latihan… Latihan… dan Latihan… Bagaimana cara menggunakan kata yang tepat dalam tulisan, menyusun kalimat, membuat latar cerita, menghidupkan tokoh? Cara penggunaan kata, latar cerita, karakter dan menghidupkan tokoh yang tepat   dapat dipahami setelah beratus kali menulis.   Tere Liye dan Phutut EA menyarankan untuk penulis pemula bacalah tulisan para tokoh penulis yang sudah mumpuni, tirulah gaya menulis mereka hingga gaya menulisnya ada di diri kita. Gaya menulis para tokoh ini yang memancing dan membuat gaya kepenulisan khusus